Thursday, July 23, 2009

Her in my memories remain

Mengenang mungkin hal yang amat menyenangkan di sela-sela waktu lengang. Untuk itu izinkan aku untuk membagi kenangan tentang seorang teman ini, semoga cukup menyenangkan.

Suatu malam di waktu lampau, seorang teman dekat pernah bercerita tentang cinta monyet. Menurut ibunya, cinta monyet itu hanyalah sekadar kegiatan temporer anak muda belasan tahun, sehingga bila cinta itu hilang yang tersisa di antara dua anak muda tadi hanya monyet saja. Ketika mendengar cerita ini, aku menduga ini merupakan pertanyaan tentang status pertemanan yang sedang dijalani, maka dengan lugu aku tidak meladeni gurauan ini. Saat itu aku suka dengan berteman dekat, just it. Hari ini ketika melihat sosok teman dekat ini dari kejauhan, sering kali rasa kangen menghampiri aku. Mungkin rasa kangen ini residu dari rasa yang tertanam. Doi memang teman dekat pertama yang aku jalin. Dan bila rasa kangen itu menghampiri, sering kali aku bergumam, ini kah monyet yang tertinggal atau cinta yang tertinggal.

Di lain waktu, kala mendekati saat "lost contact" terjadi, aku pernah bilang, tetaplah menjadi bintang di langit yah. Saat itu, rasa sedih serta kehilangan begitu menggemuruh, tapi dengan sadar aku harus realistis, lost contact itu harus terjadi. Saat itu yang melintas sebenernya cuplikan syair padi, kok yang keluar kata-kata itu, Sedih banget kali ya. Simplenya sih aku sadar, kalau dia jadi " bintang" di langit, dari kejauhan aku tetap dapat mengagumi keindahannya. Kalo sekarang, pertanyaan yang timbul, ini monyet yang tertinggal yah ?

Di waktu lain, aku pernah iseng membongkar puisi seorang teman dan menyusun ulang dan ndilalah malah jadi puisi yang bagus, puisi ini menceritakan kesan kehangatan pertemanan yang masih tersimpan dan kangen yang terselip hingga ke mimpi. Aku masih inget, secara tidak sengaja puisi ini mencuplik namanya. Lantas puisi inipun dipublikasi dan waktu itu banyak yang bilang romantis. Untung jadi puisi, jadi cerita indah yang tertinggal itu absurd, seperti puisi itu. Hehehehe.. Kekasihku aja gak pernah kubikinin puisi, malah dia yang menginspirasi puisi.. Kalo sekarang sih, paling bergumam, kekasihku lebih konkrit dari dia.. Hehehehe…

Sewaktu mau lulus, aku sempet denger selentingan lucu tentang aku dan dia, anehnya selentingan ini beredar di kalangan terbatas - sangat-sangat terbatas -, waktu itu aku cuek abis dengan selentingan ini.. Selentingan ini isinya mendiskreditkan aku, kalau aku itu out of mind gitu .. Beraninya deket-deket ama dia.. Dan anehnya selentingan ini hanya beredar di kalangan terbatas, teman2 kampus asal sma.. Hehehe.. Karena waktu itu aku udah totally lost contact, so cuek aja toh.. Lagian di sampingku udah ada kekasih yang lebih konkrit.. Dan aktifitas kemahasiswaan yang segudang.. Sekarang kalau inget itu, suka senyum-senyum sendiri…. Kok bisa muncul selentingan kayak gitu.. Lagian saat mau lulus.. Dia hanyalah cerita lama.. Dia hanya teman.. Dan teman seperti juga keluarga.. Banyak hal yang tidak terduga sering kita dapati, tapi itu tetap menghibur..

Lepas dari realitas, jujur aku akui, dia memang mempesona, menarik, baik dan rendah hati.. Tapi dia hanyalah cerita lama.. Kembali ke realitas.. Setidaknya aku cukup commit dengan komitmen, pacar pertamaku adalah istriku.. Hehehe.. Susah bo', banyak banget godaannya.. Untung komitmen ini muncul waktu aku minta istriku sekarang untuk jadi pacarku.. Berbekal komitmen ini, alhamdulillah sampai sekarang hampir 12 tahun cinta ini terjaga.. Sekarang, bila beberapa cerita lama itu menggelitik hadir, cukup menyenangkan mengisi waktu lenggang…. Yups.. Our friendship memang layak untuk dikenang.. Just it…

Jakarta, july 24 2009

Baca Lebih Lanjut......

Tuesday, July 21, 2009

what is an old story

" I can still recall, our last summer, I still see it all, our last summer, walks along the seine, laughing in the rain, our last summer, Memories that remain."

Telah tiga hari ini, cerita lama itu menyeranta dengan sebuah pesan singkat," Hi". Pesan yang demikian ramah layaknya senyum monalisa, menggoda untuk bertegur sapa, "Hi". Cerita itu menyangkut aku dengan keluguan dan sifat pemalu bahwa secara sengaja menyatakan perasaannya pada wanita dikala usia belasan. Pernyataan yang tidak juga lengkap, karena hanya cukup berseru, tanpa ingin tahu gema dari seruan itu, dan pesan dari masa lalu itu lepas dari sang wanita, yang diseru bahwa ia begitu mempesona, tanpa pernah berani untuk tahu apakah dia merasakan getar-getar yang sama.

1992, tarikh itu ternyata dicatatkan. Selama itu kata seru itu mungkin mengendap, tanpa ada yang menyentuh ulang, seperti pesan dalam sebuah botol yang dilempar ke lautan. Seruan itu telah lama mengapung di lautan kehidupan, hingga di 2009, semenanjung juli, menghantarkannya merapat di pantai pengakuan.

2009 tentu berbeda dengan 1992. Latarnya tentu juga berbeda. Jika di tahun 1992, Latarnya berupa bis kota dengan bangku paling muka, sepanjang jalan sekolah hingga tengah kota. 2009, latarnya berupa gedung pencakar langit dalam kawasan bisnis terkemuka, di tengah ruang kerja seorang pekerja proyek dengan tumpukan berkas, tempelan jadwal serta catatan dan pikuk tengat akhir pekerjaan. Melalui latar yang berbeda itu, pengakuan itu terbentang.
Implikasi pengakuan itu juga demikian berbeda, bila di 1992 pengakuan itu terbentang, tentu cukup mudah menemukan sepasang anak muda bercengkerama dan bertukar mimpi selama sekolah. Lain halnya di 2009, ketika pengakuan itu terbuka, dua sosok dewasa dengan keluarga masing-masing hanya bisa tersenyum simpul, karena keduanya telah terikat di sisi berlawanan dengan mimpi yang lebih banyak dan harapan yang semakin tidak konvergen.

Sepanjang rentang tahun-tahun itu begitu banyak hal besar telah terjadi , gerakan mahasiswa 1998, empat kali pergantian presiden, perjalanan karir yang panjang dari bandung - jakarta - makassar- surabaya hingga ke jakarta kembali, serta banyak hal yang mempertegas sketsa untuk jadi lukisan penuh warna. Rentang waktu itu telah mengenalkan rasa suka, kangen, cemburu, rindu, letih, lunglai, putus asa, ataupun optimis penuh semangat, serta menempa keyakinan, keberanian, tekad, tanggung jawab, juga mimpi besar.

Jelas rentang waktu itu telah membentuk jiwaku yang berbeda dengan sebelumnya, jiwa dengan ambisi yang bergolak saat peluh keringat bertemu dengan laras senjata, saat keberanian terasah oleh kenekatan, saat cinta menyelimuti idealisasi, saat jalan-jalan bandung - jakarta - yogya membakar jati diri, saat goresan pikiran mulai menyibak dan disuarakan ,saat keyakinan itu tumbuh bahwa tujuan hidup selanjutnya adalah untuk mengubah dunia, mengubah Indonesia menjadi lebih baik, sejahtera dan berkeadilan, dengan pertumbuhan kebaikan bagi semua warganya.

Sepanjang rentang itu juga aku melihat dia berbakti menyembuhkan sakit yang diderita orang banyak, tertawa lepas menggembirakan yang bersedih, ataupun tergopoh-gopoh untuk keselamatan makhluk lainnya. Sepanjang rentang itu, dua dunia telah terbangun dan berjalan paralel dalam domain Indonesia. Dua dunia berbeda yang saling menghormati satu dan lainnya. Dua dunia yang diyakini.

" I have a dream, a song to sing, to help me cope with anything, if you see the wonder of the fairy tale, you can take the future, even if you fail, I believe in angels, something good in everything I see, I believe in angels when I know the time is right for me, I'll cross the stream, I have a dream."

Demikianlah sebuah cerita lama dengan begitu banyak hikmah. Cerita ini mengantarkan aku atas pemahaman bahwa silaturahim itu terjalin dan terjaga oleh sebuah cinta yang lebih universal, 'kita berteman'. Sungguh Tuhan memang telah memberikan kehidupan yang menyenangkan, lalu akankah kita lupa untuk bersyukur atas apa yang telah diciptakan untuk kita.
Jakarta, july 2009

Baca Lebih Lanjut......